Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag. dalam tesisnya yang berjudul Politik Pendidikan Pesantren Melacak Transformasi Institusi, Kurikulum dan Metode
menyatakan bahwa sejak awal berdiri hingga sekarang, pesantren telah
berinteraksi di masyarakat secara luas. Dalam rentang waktu yang sangat
lama tersebut, pondok pesantren
telah berpengalaman menghadapi berbagai problematika di masyarakat.
Bahkan pesantren dapat tumbuh atas dasar dukungan masyarakat.
Lebih lanjut lagi Husni Rahim menyatakan
bahwa pesantren dapat berdiri dan terus eksis di tengah kehidupan
masyarakat karena didorong permintaan (demand) dan kebutuhan (need) dari
masyarakat. Kondisi ini menyebabkan pesantren memiliki fungsi yang
jelas di masyarakat. Fungsi pesantren pada awal berdiri hingga sekarang
telah mengalami perkembangan. Visi, posisi, dan persepsi pesantren
terhadap dunia luar telah berubah.
Masa awal munculnya pesantren kurang
lebih sama dengan masa ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim menyebarkan
agama Islam di pesisir Kota Gresik. Keberadaan pesantren saat itu
berfungsi sebagai tempat pendidikan dan penyiaran (dakwah) agama Islam.
Pendidikan dan syiar agama adalah dua kegiatan yang dapat saling
menunjang. Pendidikan dapat dijadikan bekal dalam mengumandangkan dakwah
di masyarakat. Sedangkan dakwah dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam
membangun sistem pendidikan.
Fungsi edukatif yang dimiliki pesantren
pun sebenarnya hanya membonceng fungsi pesantren sebagai tempat dakwah.
Misi dakwah Islamiyah inilah yang mengakibatkan terbangunnya sistem
pendidikan ala pesantren. Pada masa Wali Songo, unsur dakwah memegang
peran lebih banyak dibanding unsur unsur pendidikan. Fungsi pesantren
waktu itu adalah sebagai lembaga pencetak calon ulama dan mubaligh yang
militan dalam menyiarkan agama Islam.
Fungsi pesantren saat ini setidaknya mencakup tiga aspek utama, yaitu fungsi religius, fungis sosial dan fungsi edukasi.
Ketiga fungsi tersebut masih berlangsung di masyarakat hingga saat ini.
Fungsi lain yang tak kalah penting dari keberadaan pesantren adalah
lembaga pembinaan moral dan kultural. Warga pesantren telah dilatih
untuk untuk melaksanakan pembangunan demi kesejahteraan masyarakatnya.
Dalam hal ini, proses pembangunan tersebut telah menjalin hubungan yang
harmonis antara santri dan masyarakat, dan antara kyai dan perangkat
desa.
Semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk menambah wawasan Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar